Ada kenyataan yang tak bisa kau bantah. Seperti aku yang tak bisa menyangkal darah balian di nadiku. Juga tak bisa membantah kenyataan bahwa tak sedikitpun aku mengenal rupa ayahku,

Ada cinta yang datang tanpa harus kau pahami. Seperti dalam kisah yang diam-diam kutemukan dalam catatan Ayah. Catatan tentang cinta yang ternyata masih menyala.

Sekaligus tentang cinta yang masih meninggalkan banyak luka.

Catatan yang juga mengingatkanku akan cinta yang perlu dituntaskan. Cintaku, apakah kepada gadis masa kecilku yang kembali; ataukah kepada perempuan bermata teduh yang setia menanti.

Akankah cinta mampu membawaku pulang, pada darah balian yang tak akan pernah bisa kumungkiri?

Dalam catatan Ayah tentang cintanya kepada Ibu, jawabannya kutemukan.

Ayuh tidak mengenal sosok ayahnya, ia hanya punya buku catatan yang diberikan Amang Dulalin kepadanya. Namun dari catatan itu ia tahu, mengenai perjuangan, pengorbanan, dan rasa cinta Ayahnya terhadap Ibu.

Perlahan Ayuh mengenalnya.

Permasalahan mulai muncul saat Ayuh hendak kembali ke Jakarta namun warga desa melarangnya. Kemampuannya sebagai seorang balian dibutuhkan disana. Menurut warga takdirnya bukan di Jakarta.

Saat itu juga, Ranti, wanita yang pernah Ayuh cintai di masa lalu memintanya untuk tinggal. Ayuh bingung, karena disaat yang bersamaan ia telah menambatkan separuh hatinya pada Alia, yang menunggunya di Jakarta.

Radam, Ranti, Ayuh dan Tuma melalukan perjalanan untuk berburu anggrek, tanpa sengaja mereka bertemu dengan penebang liar, sempat terjadi perkelahian hingga akhirnya mereka mampu selamat.

Ayuh akhirnya memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Catatan yang ditinggalkan ayahnya memberi banyak pelajaran hidup untuk Ayuh. Dan pelajaran itu berguna ketika ia dihadapkan dengan pilihan untuk memilih Ranti atau Alia.

Aku suka dengan ceritanya yang terasa mengalir, tokoh Ayuh terasa sangat kuat. Banyak hal yang bisa dipelajari dari novel ini. Meskipun aku sebel sama tokoh Ayuh hahaha aku ngerasa dia terlalu dapat banyak/eh