Cantik Itu Luka - Eka Kurniawan

16.05.00




 Judul: Cantik Itu Luka
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 496 halaman
Rating: ❤❤❤❤

Di akhir masa kolonial, seorang perempuan dipaksa menjadi pelacur. Kehidupan itu terus dijalaninya hingga ia memiliki tiga anak gadis yang kesemuanya cantik. Ketika mengandung anaknya yang keempar, ia berharap anak itu akan lahir buruk rupa. Itulah yang terjadi, meskipun secara ironik ia memberinya nama si Cantik.

Fantastis! Ini novel kedua karangan Eka Kurniawan yang saya baca. Setelah sebelumnya terpikat oleh Lelaki Harimau, novel Cantik Itu Luka juga ternyata tidak kalah memikat.

Pertama kali lihat kover bukunya, saya langsung disuguhi dengan wanita berpakaian kebaya yang memiliki aura kecantikan tersendiri. Saya tersihir oleh tatapannya.

Di lembar-lembar awal, saya kembali digiring menuju sesuatu yang diluar nalar. Dewi Ayu yang bangkit dari kubur. Gila! Horror! Kalau seminggu oke lah, saya masih bisa berpikir Dewi Ayu mati suri. Tapi ini 21 tahun! Bayangin 21 tahun di kubur tiba-tiba hidup lagi. Ini jelas mustahil disebut mati suri.

Setelah itu saya diberikan fakta bahwa Dewi Ayu memilih mati, bukan karena sudah waktunya dia mati. Yah berarti Dewi Ayu itu bunuh diri. Semua itu karena ia berpikir anak keempatnya yang ia lahirkan akan cantik seperti kakak-kakaknya. Gila kan! Gila banget, kenapa ga diliat dulu anaknya baru milih mending hidup atau mati.

Padahal baru 50 an lembar yang saya baca, tapi udah fantastis ceritanya.

Lanjut lagi saya membaca, penjelasan mengenai siapa itu Dewi Ayu dijelaskan. Dewi Ayu adalah pribumi yang memiliki darah Belanda. Hal itu karea kedua orangtuanya yang sedarah menikah.

Semakin gila, disuguhkan tentang 2 orang bersaudara yang sedarah memilih menikah. Yah saya jadi bisa paham kenapa Dewi Ayu jalan pikirannya sedikit em begitulah.

Saat Belanda kalah oleh Jepang, Dewi Ayu diajak pindah ke Belanda namun ia menolak karena Dewi Ayu berpikir orang Jepang tidak akan tahu dirinya memiliki darah Belanda. Sayang sekali, ternyata Jepang tahu bahwa Dewi Ayu memiliki darah Belanda, karena itulah ia dijebloskan ke penjara. Kehidupan di penjara benar-benar keras, Dewi Ayu benar-benar seseorang yang eksentrik namun cerdas menurut saya. Dia menelan emasnya agar tidak ketahuan pihak Jepang, saat emasnya itu keluar bersama kotorannya, ia menelannya kembali. Cukup bisa disebut sebagai siklus yang menyakitkan. Selain itu, di penjara makanan serba terbatas, bahkan binatang pengerat pun dimakannya untuk bertahan hidup.

Kalau dilihat dari situ, Dewi Ayu benar-benar kuat menghadapi kehidupan yang keras. Nah dari jeruji besi inilah Dewi Ayu kehilangan keperawanannya, demi menyelamatkan nyawa anggota keluarga temannya, ia rela ditiduri sipir sebagai pengganti dokter dan obat.

Setelah itu, para gadis yang di penjara, di bawa menuju tempat pelacuran Ma Kalong. Dewi Ayu sendiri menjadi pelacur pujaan para pria dengan bayaran paling mahal. Karena begitu banyak pria yang menidurinya, Dewi Ayu tidak tahu siapa ayah dari putri-putrinya yang juga mewarisi kecantikannya.

Dewi Ayu sendiri sebenarnya tidak mau anaknya cantik, itu bisa saya pahami mengingat situasi saat itu yang cantik pasti jadi barang giliran untuk ditiduri. Dipuja namun ditempatkan dititik terendah.

Saat Dewi Ayu hamil anaknya yang keempat, ia berharap anaknya buruk rupa, karena itu ia membayangkan anaknya dengan hidung seperti colokan listrik, telinga serupa panci, kulit hitam legam seperti arang sisa pembakaran, dan harapannya itu terkabul meskipun menurut saya kesalahan terbesar Dewi Ayu adalah tidak mengecek dulu rupa putrinya. Anak itulah yang diberi nama si Cantik.

Kalau saya jelaskan lagi, novel ini sangat panjang, karena bukan hanya tentang anak cucu tapi sampai cicit. Yah kebayang aja saya jelasin disini, entah berapa panjangnya review novel ini.

Yang sempet bikin saya heran, kenapa putri-putri Dewi Ayu mau dinikahi oleh laki-laki yang pernah meniduri Ibunya. Entah karena tidak ada pria yang suci lagi atau Ibunya memang terlalu menggoda. Entahlah.

Lebih jelasnya, novel ini semua berawal dari sebuah dendam. Dendam yang merugikan banyak pihak.

Ngomong-ngomong, setelah beres membaca novel ini saya sadar masih ada sangkut pautnya pada novel Lelaki Harimau, bukan dari jalan ceritanya tapi dari tokoh yang muncul ataupun kekerabatannya.

Eka Kurniawan memang benar-benar mampu membuat saya nagih baca novelnya. Racikan katanya seperti sihir tersendiri. Lagi-lagi ending cerita ini diluar tebakan saya.


You Might Also Like

0 komentar