Aroma Karsa - Dee Lestari
06.11.00Judul: Aroma Karsa
Penulis: Dee Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka, Maret 2018
Tebal: 710 halaman
Rating: ❤❤❤❤❤
Dari sebuah lontar kuno, Raras Prayagung mengetahui bahwa Puspa Karsa yang dikenalnya sebagai dongeng, ternyata tanaman sungguhan yang tersembunyi di tempat rahasia.
Obsesi Raras memburu Puspa Karsa, bunga sakti yang konon mampu mengendalikan kehendak dan cuma bisa diidentifikasi melalui aroma, mempertemukannya dengan Jati Wesi.
Jati memiliki penciuman luar biasa. Di TPA Bantar Gebang, tempatnya tumbuh besar, ia dijuluki si Hidung Tikus. Dari berbagai pekerjaan yang dilakoninya untuk bertahan hidup, satu yang paling Jati banggakan, yakni meracik parfum.
Kemampuan Jati memikat Raras. Bukan hanya mempekerjakan Jati di perusahaannya, Raras ikut mengundang Jati masuk ke dalam kehidupan pribadinya. Bertemulah Jati dengan Tanaya Suma, anak tunggal Raras, yang memiliki kemampuan serupa dengannya.
Semakin jauh Jati terlibat dengan keluarga Prayagung dan Puspa Karsa, semakin banyak misteri yang ia temukan, tentang dirinya dan masa lalu yang tak pernah ia tahu.
Cendana dan melati tak pernah gagal menbengkokkan ruang dan waktu. Manakala dua aroma itu berbaur dan terhirup di udara.
Aroma Karsa menceritakan mengenai ambisi seorang Raras Prayagung untuk menemukan Puspa Karsa, sebuah bunga sakti yang katanya mampu mengendalikan kehendak dan cuma bisa diidentifikasi melalui aroma. Ambisi ini sendiri hasil dari amanah yang neneknya berikan yaitu Janirah Prayagung.
Awalnya cerita mengenai Puspa Karsa hanya dikira sebagai cerita pengantar tidur seperti Timun Mas dan Malin Kundang, namun dari sebuah lontar kuno akhirnya diketahui bahwa Puspa Karsa merupakan tanaman sungguhan yang tersembunyi di tempat rahasia.
Kemampuan penciuman seorang Jati Wesi memikat Raras Prayagung, pria yang tumbuh besar di TPA Bantar Gebang dan memiliki julukan si Hidung Tikus karena penciumannya yang luar biasa tersebut diundang masuk ke dalam kehidupan Raras, hingga bertemulah ia dengan Tanaya Suma, putri tunggal Raras yang memiliki kemampuan serupa dengannya
Maka bagi Raras Prayagung, kehadiran Jati Wesi membuat jarak antara ia dan Puspa Karsa terasa semakin menipis....
"Jika bunga-bunga di dunia bisa berbicara, mereka akan menyatakan kecemburuannya pada bangsa anggrek. Tidak ada bunga lain yang dapat membuat manusia lebih tergila-gila." (halaman 57)
Novel ini merupakan karya Dee Lestari kedua yang saya baca, sebelumnya saya pernah membaca Perahu Kertas. Bagi saya sangat terasa perbedaan antara Perahu Kertas dengan Aroma Karsa, novel terbarunya ini lebih kuat dalam menyihir saya untuk menyelam dalam cerita yang Dee Lestari tuliskan. Tentu saja perbedaan yang cukup kuat itu ada karena Dee Lestari pastinya semakin berkembang dalam menuliskan cerita dan riset dalam membuat cerita Aroma Karsa ini benar-benar membuat saya ingin memberikan standing applause buat Dee Lestari, ngga main-main gitu lho.
Dari acara Gathering Aroma Karsa 7 April 2018 kemarin, saya mendengar penuturan Dee Lestari mengenai perjuangan menuliskan novel ini, mulai dari riset sejarah ke dosen arkeolog UI, belajar meracik parfum, bahasa jawa kuno dan dunia pembalap dari ahlinya, mendatangi juru kunci Gunung Lawu, hingga datang langsung ke TPA Bantar Gebang dan naik hingga puncaknya! Waw banget kan. Sampai-sampai Dee Lestari bilang, penulis yang berhasil menciptakan alur cerita yang menghanyutkan itu bukan karena kesurupan tapi penuh perjuangan. Dan saya setuju banget!
Tema cerita yang mengangkat dunia aroma menurut saya cukup jarang digunakan orang-orang, saya juga sempat bertanya-tanya akan seperti apa jika aroma dijelaskan dengan kata-kata dan ternyata, begitu indah!
Saya paling suka ketika Jati menjelaskan sebuah aroma dalam kata-kata, seperti bagaimana ia menjelaskan mengenai salah satu parfum Puspa Ananta yaitu TEJA. Rasanya saya benar-benar dapat membayangkan bagaimana aroma TEJA itu sendiri.
"TEJA. Pelangi ada bukanlah untuk menyalakan langit. Ia hasil berpadunya tangisan awan dan semangat matahari. Semu menggantung di bibir bukit, hadir pelangi menyerupai janji, mimpi, harapan. Indah, meski tak sepenuhnya rekah..." (halaman 56)
Untuk cover novelnya menurut saya cantik, pemilihan warna dasarnya membuat nyaman banget dilihat, ilustrasinya pun menggambarkan isi novelnya. Meskipun buat saya, penulisan judul novelnya sangat mengganggu meskipun sebenarnya indah, kenapa mengganggu walaupun indah? Karena bagi saya tulisan judulnya ini dari jauh kurang jelas gitu lho, padahal buat saya penting banget mengenali suatu judul novel, sedangkan disini tulisan nama penulis terasa lebih kuat dibanding judulnya. Untuk sebuah handlettering oke lah, tapi untuk sebuah judul di cover novel, saya kurang setuju, malahan saya lebih nyaman melihat judul yang di buku digitalnya, terasa lebih jelas dan tidak kalah kuat dibanding tulisan nama penulisnya.
Bagi saya, jalan cerita yang bisa dibilang lambat karena menjelaskan kepingan-kepingan puzzle secara terperinci terasa sangat tidak membosankan, malahan saya sangat menikmatinya. Tokoh utama yang digambarkan juga begitu manusiawi, keberadaan tokoh-tokoh sampingan tidak menciptakan sebuah kesia-sia an (karena sering sekali tokoh sampingan itu tercipta hanya sebatas untuk 'pemanis' dan rasanya itu sia-sia/ngga ada dia pun ngga jadi masalah), konflik-konfliknya yang bikin greget meskipun ada salah satu penyelesaian konflik yang terasa kurang pas (antara Tanaya Suma dan Arya) dan ENDINGNYA! Berhasil bikin saya ngga nyenyak tidur hahahaha.
Untuk cover novelnya menurut saya cantik, pemilihan warna dasarnya membuat nyaman banget dilihat, ilustrasinya pun menggambarkan isi novelnya. Meskipun buat saya, penulisan judul novelnya sangat mengganggu meskipun sebenarnya indah, kenapa mengganggu walaupun indah? Karena bagi saya tulisan judulnya ini dari jauh kurang jelas gitu lho, padahal buat saya penting banget mengenali suatu judul novel, sedangkan disini tulisan nama penulis terasa lebih kuat dibanding judulnya. Untuk sebuah handlettering oke lah, tapi untuk sebuah judul di cover novel, saya kurang setuju, malahan saya lebih nyaman melihat judul yang di buku digitalnya, terasa lebih jelas dan tidak kalah kuat dibanding tulisan nama penulisnya.
Penulisan Judul di Buku Versi Digitalnya |
Bagi saya, jalan cerita yang bisa dibilang lambat karena menjelaskan kepingan-kepingan puzzle secara terperinci terasa sangat tidak membosankan, malahan saya sangat menikmatinya. Tokoh utama yang digambarkan juga begitu manusiawi, keberadaan tokoh-tokoh sampingan tidak menciptakan sebuah kesia-sia an (karena sering sekali tokoh sampingan itu tercipta hanya sebatas untuk 'pemanis' dan rasanya itu sia-sia/ngga ada dia pun ngga jadi masalah), konflik-konfliknya yang bikin greget meskipun ada salah satu penyelesaian konflik yang terasa kurang pas (antara Tanaya Suma dan Arya) dan ENDINGNYA! Berhasil bikin saya ngga nyenyak tidur hahahaha.
Bagi saya, jalan cerita yang bisa dibilang lambat karena menjelaskan kepingan-kepingan puzzle secara terperinci terasa sangat tidak membosankan, malahan saya sangat menikmatinya. Tokoh utama yang digambarkan juga begitu manusiawi, keberadaan tokoh-tokoh sampingan tidak menciptakan sebuah kesia-sia an (karena sering sekali tokoh sampingan itu tercipta hanya sebatas untuk 'pemanis' dan rasanya itu sia-sia/ngga ada dia pun ngga jadi masalah), konflik-konfliknya yang bikin greget meskipun ada salah satu penyelesaian konflik yang terasa kurang pas (antara Tanaya Suma dan Arya) dan ENDINGNYA! Berhasil bikin saya ngga nyenyak tidur hahahaha.
Selain itu, banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari novel Aroma Karsa ini. Mulai dari kosa kata baru, pesan moral dan yang paling utama sih ilmu-ilmu baru, contohnya di dunia meracik parfum dan pembalap.
Oh iya, ada salah satu cuplikan percakapan yang rasanya membuat saya melting tapi sebenarnya.... rahasia :p kalian perlu baca biar bisa merasakan hal yang sama dengan yang saya rasakan hehehe.
"Di mana pun, dengan cara apa pun, aku akan memenangkanmu."
Overall saya bukan suka lagi dengan Aroma Karsa, tapi JATUH CINTA!
1 komentar
Ini novel risetnya nggak main-main, Dee Lestari selalu ngerjakan setiap karyanya dengan penuh dedikasi. Jadi, wajar saja hasilnya bisa saya sebut luar biasa. Dee Lestari memang salah satu penulis favoritku, mungkin butuh belajar banyak dari beliau untuk bisa melahirkan karya yang menurut saya layak disebut sebagai masterpiece.
BalasHapusSalam kenal btw, Kreta Amura