Bintang - Tere Liye

10.56.00



Judul: Bintang
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Juni 2017
Tebal: 392 halaman
Rating: ❤❤
Kami bertiga teman baik. Remaja, murid kelas sebelas. Penampilan kami sama seperti murid SMA lainnya. Tapi kami menyimpan rahasia besar.

Namaku Raib, aku bisa menghilang. Seli, teman semejaku, bisa mengeluarkan petir dari telapak tangannya. Dan Ali, si biang kerok sekaligus si genius, bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami bertiga kemudian bertualang ke dunia paralel yang tidak diketahui banyak orang, yang disebut Klan Bumi, Klan Bulan, Klan Matahari, dan Klan Bintang. Kami bertemu tokoh-tokoh hebat. Penduduk klan lain.

Ini petualangan keempat kami. Setelah tiga kali berhasil menyelamatkan dunia paralel dari kehancuran besar, kami harus menyaksikan bahwa kamilah yang melepaskan "musuh besar"-nya.

Ini ternyata bukan akhir petualangan, ini justru awal dari semuanya....

Buku keempat dari serial "BUMI"

Ada banyak sekali kekuatan besar di dunia paralel, salah satunya yang amat besar adalah kekuatan persahabatan. 
(Hana-tara-hata - halaman 27)

Raib, Seli dan Ali berhasil kembali dari Klan Bintang, tapi perjalanan mereka belum berakhir. Masih ada misi besar yang harus mereka laksanakan. Memberitahukan pada 3 klan permukaan mengenai informasi penting yang mereka dapatkan di Klan Bintang.

Pertemuan perwakilan 3 klan permukaan pun dilakukan. Para petarung terkuat pun disiapkan untuk menemukan pasak bumi yang akan diruntuhkan.

Raib, Seli, Ali beserta Miss Selena dan sepuluh  petarung terbaik Pasukan Bayangan dan Pasukan Matahari berangkat menuju Klan Bintang menggunakan kapsul terbang. Raib, Seli dan Ali tentu saja berangkat menggunakan ILY yang sudah diperbaharui meskipun Miss Selena sempat meragukan kemampuan ILY.

Pencarian pasak bumi tentu saja tidak mudah, ada ribuan kemungkinan dimana posisi pasak itu berada, tapi Ali si  genius dengan mudah memperkecil ruang pencarian menjadi 6 titik saja.

Dalam tim ini adalah tugasku berpikir dua-tiga langkah ke depan. (halaman 49)

Dengan Buku Kehidupan. Raib, Seli, Ali dan Miss Selena beserta pasukan membuka portal menuju Ruangan Padang Rumput milik Meer, awalnya mereka mengira jika itu adalah tempat teraman untuk melewati lorong-lorong kuno yang tidak bisa di buka portalnya oleh Buku Kehidupan. Namun perkiraan mereka meleset, benda terbang kecil yang bisa mengirimkan sinyal pada Kota Zaramaraz mengenai kedatangan penyusup ternyata bersembunyi di Ruangan Padang Rumput.

Semakin tinggi teknologi, bukan berarti semua masalah selesai. (halaman 160)

Dengan susah payah, akhirnya mereka sampai di lorong kuno yang akan membawa mereka ke titik pertama  pasak Bumi, namun sebelum itu mereka harus melewati Ruangan Hutan Taiga yang memiliki cuaca superekstrem.

Jika kita mengkhawatirkan setiap langkah yang dibuat, kita akhirnya tidak akan pernah berani melangkah. (halaman 191)

Siapa sangka jika pada awal perjalanan pun mereka harus kehilangan rombongan yang terkena amukan badai salju.

Kamu akan memahami, ada banyak hal yang tidak bisa dimengerti di dunia orang dewasa. Keserakahan, kebencian... itu bisa membuatmu mengkhianati teman-teman terbaik, membuatmu melakukan hal-hal yang buruk, jauh dari kehormatan seorang petarung. (halaman 213)

Lagi-lagi menantang maut, perjalanan Raib, Seli dan Ali kali ini lebih sulit dibandingkan perjalanan mereka yang sebelum-sebelumnya. Selalu ada bahaya yang menanti mereka di setiap lorong yang akan dilewati, terutama ancaman dari Robot terbaru Klan Bintang yang bahkan lebih ganas dari Robot Z.

...Tapi peduli amat dengan semua pendapat mereka. Peduli amat dengan harapan-harapan mereka. Kamu adalah kamu. Jalani kehidupanmu seperti air yang mengalir... (halaman 337)
...
Saya cukup lama nunggu novel Bintang keluar dan dibuat super terkejut ketika berhasil menamatkan novel ini. Dari dulu dengan pede nya saya kira Seri Bumi ini hanya tetralogi, tapi ternyata Bintang bukan akhir! Dan itu berarti jangan-jangan saya harus nunggu tahun depan untuk bisa memuaskan rasa penasaran ini :")

Untuk petualangan, novel Bintang ini emang lebih greget menurut saya. Belum lagi endingnya yang bikin panas dingin penasaran :') Dan untungnya Raib ini udah kembali ke 'jalan yang benar' setelah di novel Matahari tokoh Raib ini seperti ga konsisten.

Untuk sebuah novel fantasi karya orang Indonesia, seri Bumi ini menurut saya patut diapresiasi, kemungkinan besar yang baru awal-awal suka fantasi tuh bakal suka sama seri ini (beda lagi dengan penggemar fantasi barat akut, biasanya ga cocok)

Seri Bumi itu salah satu karya Tere Liye tanpa romance yang lebih memfokuskan tentang eratnya suatu persahabatan, saya cukup suka dengan cara Raib, Seli dan Ali mengisi kekurangan masing-masing.

Cuma ya, seri ini tuh kayaknya lebih fokus ke petualangannya tapi rasanya kurang. Em, maksudnya tuh semacam perasaan para tokoh ke pembaca tuh ga sampe, misalnya saat sedih (di novel ini lagi-lagi ada yang tewas), sedih di novel Bintang ini ga kerasa banget, ada yang tewas tapi malah kerasanya kayak gini "oh yaudah si A matanya sembab menangisi kematian si B, abis itu mereka asik bertualang lagi deh."

Saya harapkan sih untuk di novel selanjutnya (Re: Komet) semoga tokoh Raib ini tetap konsisten dengan penggambaran Raib di novel Bumi maupun Bulan, karena di sikap Raib di novel Matahari membuat saya memberikan nilai minus pada seri ini. Kemudian, saya harap sih perasaan para tokoh bisa lebih dibangun lagi, biar kami sebagai pembaca bisa lebih menghayati isi cerita.

Overall, saya nunggu Komet untuk keluar kok, soalnya saya penasaran dengan kelanjutan ending di novel Bintang ini.
...
Saya mau bagi sedikit anekdot dalam novel ini, siapa tahu bisa sedikit mengobati rasa penasaran kalian (untuk yang belum baca Bintang) atau membuat kalian ingat lagi dengan tingkah konyol Ali (untuk yang sudah baca Bintang)

Si Sekretaris ini, kalian tahu, saking berkuasanya dia, jika dia melotot menatap matahari, bukan matanya yang buta, melainkan mataharinya yang padam. (halaman 322)

Si Sekretaris ini, saking hebatnya dia, ketika ibunya melahirkan dia di rumah sakit Kota Zaramaraz, si Sekretaris sendiri yang menyetir benda terbang pulang ke rumah. (halaman 324)

You Might Also Like

2 komentar